Kiat Sukses
Dalam Menulis Buku
Akbar
Zaenuddin sekaligus seorang trainer motivator akan berbagi pengalaman
bagaimana langkah-langkah dalam menulis. Beliau adalah seorang penulis hebat,
buku best seller "Man Jadda Wajada" . Menurut beliau, dalam menulis
kita harus memperha tikan TOJTRP. Apa itu TOJTRP? TOJTRP adalah
sing katan dari tema outline jadwal tulisan revisi penerbit.
Tema. Setiap buku harus punya tema. Tema merupakan garis
besar dari apa yang kita tulis dalam buku. Tema harus ada baik pada buku fiksi
maupun non fiksi. Tema pada buku fiksi misalnya tentang romantisme, religius,
impian. Tema pada buku non fiksi misalnya tentang pendidikan, parenting, motivasi
dan lain sebagainya. Bolehkah satu orang menulis berbagai tema buku? Menurut
beliau, karena ini terkait dengan “branding”, berusahalah untuk fokus menulis
satu tema tertentu, agar kita dikenal ahli dalam tema tersebut. Kalau temanya
berubah-ubah, nanti orang bingung, kita ini sebenarnya ahli dalam bidang apa?
Outline
atau kerangka. Outline
harus kita buat. Karena outline akan membimbing kita untuk selalu menulis
sesuai dengan relnya, agar terarah, agar kita terjadwal dan mencapai target,
menghindari “ngeblank” dan agar buku kita selesai. Kalau tidak ada kerangka
buku akan sulit selesai. Inilah salah satu hal penting yang sering diabaikan
orang. Merasa sudah tahu apa yang ditulis, akhirnya tidak ada outline dan
langsung menulis. Akibatnya, tulisannya tidak terarah, “melenceng” dan “lari”
ke mana-mana, tidak tahu jalan akhirnya.
Bagaimana cara mengembangkan
daftar isi atau kerangka atau outline? Menurut beliau, untuk buku non fiksi, gunakan prinsip 5W 1
H (what, why, who, when, where dan how) .
1. what berisi : pengertian, definisi, pembagian,
jenis-jenis, dan sebagainya
2. why berisi : alasan atau mengapa buku ditulis, tujuan
dan manfaatnya apa
3. how berisi : bagaimana, tips dan trick, strategi,
langkah-langkah.
4. where dan when boleh tidak digunakan.
Beliau
mencontohkan misal temanya : Santri
dan Menulis, bagaimana menerapkan 5W dan 1 H?
what
: santri dan keterampilan menulis, keterampilan apa saja yang dibutuhkan
agar bisa menulis, para ulama dan karya
mereka dari masa lampau dan seterusnya.
why
: mengapa santri harus menulis, tujuan
menulis, tan tangan mengapa santri harus bisa menulis dan seterusnya.
how
: bagaimana cara menulis, bagaimana membangun disiplin menulis, tips and tricks
menjadi penulis dan seterusnya.
~ untuk buku nonfiksi
who
: siapa saja tokoh-tokohnya, tentukan tokoh-tokoh yang akan menjadi bagian dari
cerita, misalnya, ayah, ibu, teman, guru, dan
sebagainya.
why : karakter
( gambarkan profil setiap tokoh ) plot atau alur cerita : gambarkan alur cerita
dari awal hingga akhir, potongan ceritanya seperti apa, dimana akan membangun
cerita emosionalnya, dimana sedihnya, di mana senangnya, ending cerita seperti
apa, apakah happy ending, sad ending, dan sebagainya.
Membuat outline ini bisa langsung
dituliskan outlinenya atau bisa dengan beberapa alat bantu. Biasanya beliau
menggunakan mindmap untuk membantu membuat daftar isi. Apakah wajib? Tidak
harus. Tetapi menurut beliau, ini harus ada. Biar ada rel kemana tulisan kita,
biar selalu ada arah kalau kita menemui jalan buntu, dan yang paling penting
bisa membuat jadwal agar buku cepat selesai. Contoh outline buku “Man Jadda
Wajada” ini adalah buku dengan tema motivasi umum, motivasi hidup. Beliau
mulai dengan
why : mengapa
motivasi itu penting dalam hidup, motivasi apa yang membuat orang tergerak
untuk berubah, apa tujuan hidup seseorang, mengapa orang harus berubah,
darimana perubahan itu bisa dimulai, apa saja yang harus diubah.
what :apa
itu sukses? langkah-langkah apa saja yang harus dijalani agar kita bisa sukses,
potensi diri, kelebihan dan kekuranga memahami bahwa sukses itu bisa kita
dapatkan.
how : bagaimana,
strategi, langkah-langkah, tips & trick, dan juga action. Penjabarannya :
bagaimana bermimpi besar, bagaimana membuat rencana (action plan). bagaimana
berani memulai, menjadi kreatif, membangun momentum berubah, kapan harus
memulai?
Ketiga hal itulah
yang akhirnya menjadi dasar outline buku saya "Man Jadda Wajada".
Jadwal. Dengan membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk
mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita. Cara membuat jadwal, buat
tabel dengan 4 kolom, yang berisi : No-Judul Artikel-Target Lama
Menulis-Tanggal-Keterangan. Perkirakan berapa lama artikel akan ditulis, buat
sesuai dengan tanggal yang ada saat ini. Isi keterangan apakah sudah selesai
ditulis atau belum. Jadwal menulis ini membantu kita, karena jadwal tersebut
akan mendisiplinkan diri sendiri.
Tuliskan. Disiplin diri
dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak.
Tulis dan selesaikan semua judul artikel yang sudah kita jadwalkan. Jangan
terpaku untuk menyelesaikan satu tulisan sampai sempurna betul. Karena ini akan
memakan waktu yang pada akhirnya artikel-artikel yang lain tidak tersentuh dan
sudah basi.
Revisi. Revisilah tulisan
kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai
sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah
menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang
direvisi? Yaitu : data dan informasi yang kurang, tata bahasa,
gaya tulisan, disamakan dari awal hingga akhir, judul artikel dibuat semenarik
mungkin.
Kirim
ke penerbit. Apa yang menjadi
pertimbangan penerbit? Pertimbangannya adalah buku laku atau tidak. Ini
menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca. Apakah pembaca butuh buku
kita? Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh? Buku kita menjawab
kebutuhan apa? Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang
diterbit kan semakin besar. Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami
buku kita siapa yang akan membeli, dan siapa yang kira-kira akan membaca.
Yang kedua adalah apa yang bisa
membedakan buku kita dari buku sejenis. Apa kelebihan kita dibandingkan dengan
buku sejenis? Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang
akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.
Ketiga, pertanyaan penerbit adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu
pemasaran buku? Harus punya jawabannya. Misalnya iklan di medsos, seminar, pelatihan, diskusi buku, membangun komunitas, dan sebagainya.
Apakah perlu membayar kepada penerbit? Tidak perlu membayar ke penerbit.
Bahkan kita mendapatkan uang royalti, rata-rata 10% dari buku yang terjual.
Bagaimana cara mengirim naskah?
Naskah harus sudah jadi, diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam
bentuk CD atau Flash Disk. Berapa lama? Kabar diterima atau tidak sekitar 3
bulan.
Apakah buku Man Jada Wa Jada ada
pengalaman pribadi atau pengamatan? Berapa persen pengalaman hidup
menginspirasi sebuah buku. Buku
Man Jada Wa Jada adalah buku motivasi. Sajian buku motivasi biasanya ada pemikiran atau teorinya, ada
cerita inspirasinya, dan ada kesimpulan
atau kaitannya. Nah, cerita inspirasi
itu banyak dari pengalaman pribadi dan juga dari pengalaman
teman-teman. Kalau ditanya berapa
banyak, cukup banyak, sekitar
30-60 persen pengalaman pribadi itu menginspirasi tulisan kita. Apalagi
kalau novel yang diangkat dari
kisah nyata bisa hingga 80% kisahnya berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman
akan selalu memberi inspirasi dan pelajaran hidup yang luar biasa jika
dituliskan.
Sebagai penulis pemula bagaimana
caranya menjaga konsistensi supaya tidak kehabisan ide? Jawab annya agar
konsisten dan tidak kehabisan ide yang kita lakukan adalah banyak baca buku,
latihan menulis setiap hari, ikut seminar dan pelatihan, upload tulisan di blog
dan medsos, dan punya mentor menulis. Jadwalkan setiap hari menulis 15 menit
saja dan harus disiplin. Nanti akan terlatih untuk bisa menuliskan berbagai ide
secara baik.
Apakah ada manfaatnya bagi penulis
pemula di usia yang sudah senja, untuk apa saja manfaat menulis bagi manula?
Ada beberapa peserta mentoring saya dalam membuat buku, sebagian ada yang di
atas 50 tahun. Dan apa yang terjadi, ternyata mereka jauh lebih bersemangat,
dan setiap minggu setor tulisan lebih disiplin dibandingkan dengan yang
muda-muda. Mengapa mereka menulis?
a. Tidak ada kegiatan
yang langsung berkaitan dengan kemampuan mempertahankan otak kita selain
membaca dan menulis.
b. Menulis adalah
tentang kebahagiaan. Kalau kita tumpahkan semuanya dalam tulisan, indah sekali
hidup ini.
c. Menulis buku itu
warisan terbaik kita. Di situ kita bisa cerita apa saja. Harapan kita,
"unek-unek" perasaan kita. Bebas saja menulisnya.
d. Menulis adalah tentang
berbagi kebaikan. Jika kebaikan itu bisa dibagi, terus menerus dibaca orang,
kebaikan itu akan terus menjadi pahala, bahkan kalau nanti kita sudah
tiada.
e. Menulis itu
membuat kita lebih sehat. Kita setiap hari bangun dengan semangat baru, ada target
baru yang harus kita selesaikan. Apalagi yang menyenangkan hidup kita selain
bersemangat setiap hari?
Bagaimana
cara merangkum tulisan resume menjadi buku yang menarik? Untuk membukukan
resume dilihat lagi urutannya, tentukan temanya, setelah itu dibuat outlinenya.
Kalau sudah dibuat outline, baru dilihat hasil resumenya, apakah ada yang masuk
ke dalam outline buku atau tidak. Kalau ada yang masuk, tinggal dimasukkan ke
dalam outline dengan berbagai penyesuaian. Kalau tidak masuk, jangan dipaksakan.
Nanti buat buku yang lain. Ini berlaku juga bagi kita yang sudah punya banyak
artikel. Mulainya bukan dari artikel-artikel itu, tetapi dari outline yang kita
buat.
Kalau sudah ada outline, baru kita lihat apakah artikel-artikel itu ada yang
bisa dimasukkan ke dalam outline. Kalau ada, kita revisi dan sesuaikan. Kalau
tidak ada, kita jadikan cadangan untuk buku yang lain.
Apakah
selama menjadi penulis
pemula pernah naskah Bapak ditolak penerbit ? Apakah
dalam membuat tulisan itu
wajar mengutip buku orang terus kita tulis di daftar pustakanya
seperti buat skripsi gitu ?
Jawabnya pernah. Tidak apa-apa
kalau naskah kita
ditolak. Jangan sakit hati. Jadikan
evaluasi. Revisi, evaluasi, lalu
kirim lagi. Bisa ke penerbit awal atau ke penerbit lain. Tugas kita itu
menulis. Kalau naskah sudah jadi dan dikirim ke penerbit,biarkan saja naskah
itu. Kita menulis lagi naskah buku berikutnya. Kalau nanti jawaban dari penerbit adalah diterima, Alhamdulillah. Kalau ditolak, kita
perbaiki, dan kirim lagi. Dan,
kita juga punya naskah buku yang lain.
Begitu seterusnya sehingga menulis itu akan terus menjadi kegiatan kita.
Untuk masalah kutipan, tidak masalah
mengutip dari orang lain. Pengutipannya boleh seperti yang ada di
skripsi. Namun demikian, kutipan dari orang lain itu jangan banyak-banyak,
kira-kira 10% saja, paling kan
hanya kutipan definisi. Selebihnya hasil
pemikiran sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar