Kamis, 24 Desember 2020

BERTEMU PENULIS HEBAT

 

BERTEMU PENULIS HEBAT


         Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd siap mengisi kegiatan kuliah online “Belajar Menulis” . Beliau bukan hanya  seorang guru tetapi juga seorang penulis, baik buku fiksi tapi juga non fiksi yang telah diterbitkan.

Meski menurutnya, mengawali menulis sudah terlambat usia hampir setengah abad, namun semangatnya perlu kita acungi jempol. Sudah puluhan karya yang  sudah beliau bukukan. Prinsipnya adalah "better late than never" artinya “lebih baik terlambat daripada tidak pernah membuat buku sama sekali”, sehingga beliau terus berproses dan naik kelas menjadi seorang penulis.

Perjalanan beliau sebagai penulis diawali dengan membuat buku pendalaman materi Bahasa Inggris SMK yang diterbitkan oleh penerbit Erlangga. Dari sanalah mulai merasakan kepuasan disamping mendapat royalti dari penerbit, yang menjadikan beliau ketagihan untuk berkarya.

Buku antologi yang ditulis bersama komunitasnya sesama penulis dan blogger  sudah mencapai 25 buah. Dari buku antologi tersebut membuat beliau banyak belajar berbagai macam tulisan orang lain, hingga akhirnya membentuk ciri tulisan tersendiri. 

Dari buku-buku yang beliau tulis semuanya berisikan edukasi dari pengalaman mengajar dan pengamatan kehidupan beliau, yang bertemakan parenting, kehidupan keseharian maupun kehidupan bernafaskan Islam. Di dalam buku-buku yang beliau tulis disisipkan pesan-pesan yang tentu sudah dikemas dalam bahasa yang mudah dimengerti dan menarik untuk dibaca, serta menginspirasi dan memberikan solusi. Hal inilah yang menjadi kunci sukses beliau dalam menulis buku.

Di akhir materinya beliau berpesan, “Menulislah apa yang kita sukai dan kita kuasai. Menulis itu ketrampilan bukan bakat. Jadi berlatihlah menulis setiap hari dengan berbagai ide yang berserak di sekitar kita. Apa saja. Atau dengan kata lain, istiqomah dalam menulis. Menulis dan menulis setiap hari.”

 

Tantangan Menerbitkan Buku

 

Tantangan Menerbitkan Buku

Bapak Edi S. Mulyanta dari penerbit mayor Andi Yogyakarta siap memaparkan seluk beluk tata cara penerbitan di penerbit Andi, dari pengiriman naskah hingga jadi buku dan pembagian royaltinya.

Bagi seorang penulis tentunya akan sangat puas jika tulisan yang dibuatnya terbit menjadi sebuah buku. Buku baginya tidak hanya merupakan sebuah karya tetapi lebih apa yang jadi pemikirannya yang diungkap dalam bentuk tulisan. Dengan buku kita bisa berbagi ilmu dan memberi catatan sejarah bahwa kita ada.

Dunia penerbitan saat ini, menghadapi suatu permasalahan yang hampir sama dengan kondisi bapak ibu guru akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya.   Beliau membuka semua dapur yang berkaitan dengan penerbitan dari hulu hingga hilir, dengan harapan semoga dapat memberikan sedikit gambaran yang terjadi saat ini. Beliau mengawali dengan dunia penerbitan itu sendiri, dimana dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya.

Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan.

Menurut beliau, pandemi ini betul-betul meluluhlantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan. Pada bulan Januari  sampai Februari, omzet toko buku masih sangat normal, dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Setelah Presiden Jokowi mengumumkan masuknya corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi 5, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu 1, dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu, sambil melihat keadaan.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pitstop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit, menanti untuk muncul di toko buku.

Setelah 3 bulan parkir di pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberapa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak. Di bulan Juni Juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal. Reborn yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali atau akan menunggu terlebih dahulu sampai keadaan menjadi lebih pasti.

Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3 bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan. Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.

Pengalaman kami, identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung tema-tema yang up to date mengenai virus corona, telah kami tebar ke penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.

Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. Kami mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat kita meramu materi, kemudian kita launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik. Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis.

Banyak hikmah yang didapat kali ini, di sisi penulis, penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian tertentu. Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang sampai ke pembacanya.

Media WA yang dikelola Om Jay ini, merupakan latihan yang bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapkan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan, dan diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita. Semua perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kali sehingga bapak ibu akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan.

Bakat hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang tepat bagi kita untuk mulai menulis. Karena di dalam blog tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang kita tawarkan. Penerbit akan selalu melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan kita, sehingga kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis semata. Sehingga terkadang tulisan kita yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business process nya saja, bukan writing processnya.

Dengan sudut pandang ini, kita perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak Best Seller.

Perlu kita ketahui rahasia ini, bahwa tidak ada buku best seller by design atau dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing. Penerbit pernah melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller. Penerbit memilih tema yang luar biasa berbobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional. Penerbit push pemasaran dengan luar biasa, akan tetapi hasilnya cukup mengecewakan.

“Laskar Pelangi” saat awal terbit, penulis tidak menyangka akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh mengecewakan, dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari mulut ke mulut, dari komunitas satu ke komunitas lain, dan di trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah. Sehingga terjadilah ledakan viral, menjadikan buku tersebut best seller, meski sebelumya tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller.

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Om Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Penulis yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas, punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit.

Kita dapat mulai menulis dengan tema yang kita sukai kita kuasai. Tulis dengan terstruktur, lalu muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman. Jika sudah percaya diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dan lain-lain). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis. Kita dapat sedikit "ngecap" supaya penerbit tertarik dengan tulisan kita.

Penerbit bukan maha tahu, perhitungan bisnis penerbit didasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang belum terekam di datanya. Sehingga proposal ini sangat perlu kita beri perhatian, untuk menyadarkan penerbit akan tema yang kita angkat dalam tulisan kita. Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju, syukur-syukur kita tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya.

Di masa mendatang buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Sebelum menutup materi beliau ingin mengajak bapak ibu guru guru untuk tetap mendokumentasikan pencarian keilmuannya. Dengan dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu kita dan bahkan mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu kita akan menjadi immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang, menjadikan legacy ke anak cucu kita. Dokumentasi ilmu kita dalam bentuk buku akan beliau kirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langkah dokumentasi kita dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.

Sesi Tanya Jawab

1. Berapa lama proses untuk menerbitkan buku? Bagaimana caranya untuk membuat buku jika sudah memiliki file yang akan dibukukan, haruskah diedit dan dicaver dahulu?

Jawab : proses review 1 bulan, proses editing 1 bulan, proses pra produksi layout cover adalah 1 bulan, Proses produksi 1 bulan. Penulis menyerahkan dalam bentuk file word, tidak perlu membuat cover karena cover akan dibuat oleh team desain penerbit.

2. Bagaimana sistematika penulisannya? Jawab : Isi proposl adalah: Judul buku, Outline rencana buku dalam bantuk bab dan sub bab, sinopsis buku, CV Penulis. Sertakan pula sampel bab yang sudah ditulis minimal 1 bab, sehingga memudahkan bagian editorial memerkirakan kemampuan editing mandiri penulisnya.

3. Jenis buku apa saja yang diterbitkan Andi? Jawab : konten buku bebas bisa fiksi, non fiksi atau buku umum. Perbulan kami menerima naskah 150-300 judul, kami biasanya memilih hanya 10-15 persen dari naskah masuk untuk bisa terbit. Pembiayaan ada di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun.

4. Apakah penerbit Andi menerima permintaan untuk penerbitan modul pembelajaran ? Kalau iya, persyaratan apa saja ? Jawab : Kami menerima modul pembelajaran, dengan syarat sesuai dengan kurikulum. Pembiayaan ada di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun.

5. Untuk royalti atau bagi hasil untuk penulis berapa? Royalty sebesar 10% dari harga jual, yang akan dibayarkan setiap 6 bulan. Penulis mendapatkan sampel 6 eksemplar

Masa mendatang Penerbit Andi akan membuat apps untuk menuliskan proposal sehingga kita sebagai penulis dapat menuliskan lewat gadget perencanaan penulisan. Semoga bisa terwujud, untuk memudahkan menampung proposal yang sangat banyak setiap bulannya. Kanal e-book akan kami buka produksinya melalui Google Play atau Google Books sehingga semoga tingkat penerimaan naskah akan semakin besar dengan outlet ebook.

 

Belajar dari Sang Guru Motivator dan Trainer Hebat

 

Belajar dari Sang Guru Motivator dan Trainer Hebat

Guru Agung yang bekerja di Dompet Dhuafa siap mengisi kuliah online “Belajar Menulis” dengan memberi perspektif berbeda dalam urusan penulisan dan penerbitan buku di bidang pendidikan dan keguruan.

Salah satu program Dompet Dhuafa yang dikerjakan sejak 2009 adalah SGI (Sekolah Guru Indonesia) adalah mengajak para guru-guru yang mengabdi di daerah-daerah pelosok untuk menulis dan berkarya. Di tengah keterbatasan kondisi geografis dan budaya, aktivitas menulis dan berkarya ini memiliki tantangan sendiri buat para guru-guru di sana yaitu :

1. gaya bahasa, ada beberapa istilah Bahasa Indonesia yang dimaknai secara berbeda di daerah

2. penggunaan komputer, banyak yang belum mengenal MS Office

3. listrik, di beberapa wilayah hanya menyala di malam hari.

4. ejaan yang (belum) disempurnakan.

Nah bagaimana cara kita mengatasi kendala ini? Salah satunya adalah dengan model pendampingan intensif. Secara sabar para konsultan dan guru-guru relawan akan melakukan pendampingan dan bimbingan selama kurang lebih setahun.

Ada beberapa ragam jenis kegiatan menulis dan berkarya yang biasa kita berikan kepada guru-guru di pelosok. Outputnya tidak harus buku, ada yang berbentuk PTK, jurnal, media pembelajaran, puisi, dan lain sebagainya. Kami punya genre buku-buku yang lain. Sifatnya adalah kisah-kisah inspiratif dari para pejuang muda pendidikan yang mengabdi sebagai guru-guru di daerah pelosok. Dua buku bercerita banyak tentang pengalaman para guru-guru muda yang mengajar hingga ke pelosok negeri. Ada yang di kepulauan, ada yang di hutan dan pegunungan Dan ada yang di pelosok kampung. Dua buku itu adalah “Kelana Guru 2 Musim” dan “Batu, Daun, Cinta Teman Setia Belajarku”

Nah bagaimana cara mengajarkan guru-guru kami menulis? Kami punya cara yang unik. Yakni dengan menulis "Jurnal Perjalanan Guru" Jurnal ini wajib dikerjakan oleh setiap guru yang sedang mengikuti proses pembinaan di kampus SGI. Setiap malam mereka harus menulis pengalaman mereka selama di siang hari. Modelnya bisa macam-macam. Ada yang curhat, sampai ada yang membahas suatu teori kependidikan dan kepemimpinan. Setelah pagi tiba, sebelum beraktivitas dalam pembinaan, semua jurnal tadi dikumpulkan untuk diapresiasi dan ditanggapi. 

Jadi ini bisa menjadi semacam refleksi dan evaluasi. Melalui jurnal ini, kita pun para pengelola dan dosen jadi tahu tentang perasaan dan pikiran yang tengah bergejolak di hati mereka. Jika ada perasaan hati yang negatif, kita bisa langsung coaching atau konseling. Ada yang rindu keluarga, ada yang sakit hati, dan lain-lain. Kebiasaan menulis jurnal harian ini menbuat guru jadi terlatih buat menulis.Namun ini tentu tidaklah cukup, harus ada upaya lain, yakni banyak-banyak membaca. Kalau tidak  banyak membaca, ya tidak  bakal banyak menulis. Ini melatih kepekaan literasi mereka.

Dalam proses pembinaan guru di SGI, setiap pagi kita ada apel. Nah, yang bertugas sebagai pembina apel (bergantian), dialah yang akan memberi kajian bedah buku.Tidak harus yang berat-berat, novel pun bisa. Selain bedah buku, untuk memantau kemajuan bacaan para guru, setelah apel biasanya ada aktivitas "Semangat Pagi".Yakni memberi motivasi secara bergantian, dengan menggunakan kata-kata yang dinukil dari para tokoh. Ini efektif juga buat meningkatkan kepekaan literasi buat para guru. Kami sangat percaya bahwa menulis buat para guru adalah lompatan dan percepatan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan rasa percaya diri.

Beliau pribadi tidak banyak menulis buku, tapi lebih senang menulis artikel atau naskah akademik buat pengembangan program pendidikan di Dompet Dhuafa. Sekarang ini beliau tengah membuat gerakan “Transformasi Kelas Ajar” dan juga mengembangkan “Sepuluh Kepemimpinan Guru” .Tulisan-tulisan beliau bisa dibaca di web SGI www.sekolahguruindonesia.net.

Beberapa buku yang telah dicetak diantaranya :

1. Bagaimana Ini Itu (kumpulan tulisan tentang cara-cara pengelolaan sekolah secara efektif dan efisien).

2. Sekolah Ramah Hijau

3. Murid Pasif Pangkat Guru Kreatif

4. Jamilah Sampara Pejuang Pendidikan Dompet Dhuafa, dan lain-lain.

Merilis Buku Bersumber Dari Artikel

 

Merilis Buku Bersumber Dari Artikel

M. Anwar Djaelani selaku narasumber yang sudah menulis sejak 1996 mengatakan, menulis artikel maupun buku adalah sebuah ketrampilan, dan akan terampil jika rajin berlatih.Sikap giat berlatih akan muncul jika ada motivasi yang kuat. Bagi umat Islam dal QS Al Alaq ayat 1-5 tertulis bahwa ‘iqro' yang artinya kita harus membaca, membaca dan membaca. Tentunya ya diimbangi dengan gemar menulis.

Sebelum mulai menulis, yang harus kita temukan terlebih dahulu adalah tema. Tema yang dapat dikembangkan untuk menjadi artikelbisa dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari dari koran, televisi, majalah atau internet. Setiap penulis perlu membiasakan diri untuk terus menulis dan itu harus didasari pada sebuah niat yang benar, sehingga sukses di bidang penulisan.

Jika tulisan dibuat untuk dapat dimuat di media cetak maka tulisan harus aktual dan menarik perhatian publik. Jika dua hal itu sudah dipenuhi, maka syarat pertama agar artikel kita dimuat media sudah terpenuhi. Tinggal syarat yang lain seperti, misalnya, originalitas gagasan, kekuatan argumentasi, dan kecermatan berbahasa. Jika artikel di luar keinginan tersebut, maka dapat membuat tema-tema yang dianggap penting buat penulis dan sasaran dari tulisan penulis. Tema akan datang mengalir deras, terutama jika sudah membiasakan diri untuk menulis. Nyaris di setiap kali membaca, melihat, atau mendengar sesuatu yang “tak biasa”, biasanya lalu terbit ide untuk mengartikelkannya. 

Pada dasarnya, alur menulis itu terangkai dalam “Tiga Besar” yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Di pendahuluan kita sampaikan secara ringkas masalah apa yang akan kita bicarakan. Lalu, di pembahasan, kita urai dan analisis masalah yang kita paparkan di bagian pendahuluan. Kemudian, di penutup, berilah kesimpulan dan saran berdasarkan uraian dan analisis sebelumnya. Pada penjelasannya ini pak Anwar memberikan contoh outline atau kerangka berfikir. Tujuan dibuat outline untuk membantu kita mengembangkan tulisan.

Contoh Outline : Tetap Berseri-seri Belajar di Masa Pandemi

•   Pandemi Covid-19, ujian bagi semua (1 paragraf)

•  Manusia selalu diuji dengan bentuk beragam (2 paragraf)

•   Sekilas Covid-19 (1 paragraf)

•   Dampak negatif Covid-19 secara umum (2 paragraf)

•  Dampak negatif Covid-19 di dunia pendidikan (3 paragraf)

• Sudut pandang agama, bersama kesulitan ada  kemudahan (2 paragraf)

• Berbagai pilihan cara belajar di saat pandemi (4 paragraf)

• Penutup / kesimpulan; tetap optimis di situasi apapun  (1 paragraf) 

Total, ada 16 paragraf. Untuk menulis artikel di koran biasanya kurang lebih 6000 karakter dan sekitar 15 paragraf. 

Ada banyak keuntungan jika  rajin menulis Resensi Buku. Di antaranya, di saat  akan menulis buku akan lebih terbimbing karena sering mengkritik karya orang lain. Tentu saja, saat kita menulis buku, tak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang telah dibuat oleh penulis-penulis lain.

Perihal “Judul Pemanggil”  Judul yang baik, antara lain:

·         mampu mencuri perhatian pembaca. 

·      mencerminkan tema / arah tulisan, sehingga bisa menjadi semacam miniatur isi keseluruhan tulisan

·      ringkas dan padat. 

Untuk melatih kepekaan mencari ide, dan outline maka kita sering-seringlah memperhatikan judul-judul artikel di berbagai media. Contoh judul pemanggil :

·      Urgensi Meneliti dan Menulis (Jawa Pos)

·      Menunggu Realisasi Program Buku Murah (Jawa Pos)

·      Hukuman Guru dan Mimpi Buruk Murid (Radar Surabaya)

·    Rindu Pemimpin Menulis Buku (Jawa Pos)

·    Menjaga Martabat Penerima Zakat (Jawa Pos)

Dari contoh-contoh di atas umumnya judul terdiri 4 kata, dan mengandung rima/perulangan bunyi, dan ini akan terdengar cantik. Untuk itu harus banyak latihan membuat judul yang menarik.

Perihal “Lead Penggoda”

Lead adalah pendahuluan berbentuk paparan ringkas dari masalah yang akan kita kupas. Posisi lead menempati paragraf pertama. Fungsi lead adalah penggugah rasa ingin tahu pembaca. Lead mengantar pembaca ke gagasan utama sang penulis.

Perihal “Penutup yang Menggugah”

Bagian ini memuat kesimpulan dan/atau saran atas masalah yang kita kupas. Disajikan sekaligus dengan gaya pamit. Ada 3 gaya lead yang direkomendasikan :

a. lead yang memancing pembaca dengan gaya bertanya, beri pertanyaan yang akan dijawab di pembahasan tulisan kita. Contoh:

·      Judul: Guru Rajin Menulis dan Efek Besar Itu

·      Lead (Gaya pertama, menggoda dengan pertanyaan)

Semua orang, tanpa kecuali, harus menjadi pembelajar di sepanjang usianya. Maka, sungguh menyenangkan jika guru suka menulis. Amat membanggakan andai guru rajin menulis. Apa hubungan seorang pembelajar dengan posisi guru yang gemar menulis?  

·      Penutup :

Sungguh, jadilah pembelajar tiada henti dengan cara menjadi guru yang penulis. Sungguh, duhai para guru, bersemangatlah untuk menjadi pahlawan yang berjasa karena banyak menghasilkan karya tulis. Karya-karya itu, semoga secara meyakinkan menginspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat luas. Indah!

 Contoh lain :

·      Judul: Rindu Pemimpin Menulis Buku

·      Lead (Gaya pertama, menggoda dengan pertanyaan):

Di Indonesia, Hari Buku Nasional diperingati setiap 17 Mei, sedangkan Hari Buku Sedunia dirayakan setiap 23 April. Inti dua momen itu sama, yaitu mengajak kita lebih mencintai buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. Urgensi seruan itu, meski bersifat umum, lebih terasa jika ditujukan kepada para pemimpin. Bahkan, seyogianya para pemimpin itu didorong pula aktif menulis buku. Mengapa?

·      Penutup:

Alhasil, kepada para pemimpin, mari tundukkan kepala: Apakah sikap rajin membaca (atas semua persoalan masyarakat) sudah menjadi komitmen keseharian Anda? Sudahkah semua yang Anda baca itu lalu bisa melahirkan tulisan berupa konsep dan kebijakan yang selalu berpihak kepada rakyat kecil? Lalu, agar rakyat yakin dengan ketulusan komitmen Anda, tulislah konsep dan kebijakan Anda dalam sebuah buku. Sungguh, kami benar-benar merindukan pemimpin yang bisa menulis buku. Kami rindu pemimpin yang berkualifikasi laksana Soekarno, Hatta, dan Natsir.

b. lead dengan menulis kutipan yang meng gugah, kutipan harus berhubungan atau ada benang merah dengan tulisan kita. Contoh

  • Judul: Ilmu Pengetahuan Bisa Topang Keimanan
  • Lead (Gaya kedua, dengan kutipan pemikat)

“If you think strongly enough, 

you will be forced by science to the belief in God”(Kelvin, fisikawan, 1824-1907).

·       Penutup:

Singkat kata, ilmu pengetahuan bisa mendatangkan keimanan bagi yang masih belum punya iman. Ilmu pengetahuan bisa menguatkan keimanan bagi yang sudah memiliki iman. Terkait ini, lihat Kelvin di paragraf pembuka tulisan ini. Benar, saat dia berkesimpulan tentang pengaruh kuat ilmu pengetahuan terhadap kepercayaan akan adanya Tuhan. Jadi, jangan pernah berhenti untuk mendalami ilmu.

c. lead dengan narasi deskriptif yang fungsinya menjembatani antara judul dengan tulisan. Contoh :

· Judul: Menguatkan Mental Anak di “Musim”  Olok-olok

·  Lead (Gaya ketiga, narasi diskriptif):

Sesungguhnya, olok-olok tak mengenal musim. Perilaku terlarang itu telah berlangsung lama dan terus terjadi. Padahal, kerugian yang ditimbulkan oleh olok-olok –dan apalagi bully- sangat besar. 

·      Penutup:

Singkat kata, selalu berilah anak-anak asupan ruhani yang memadai. Ajari anak-anak sikap untuk tak suka mengganggu orang lain. Didik mereka untuk sabar dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Tentu saja, sebagai orangtua, kita harus telah terlebih dahulu mengamalkan hal-hal tersebut.

 

Dari Artikel ke Buku

Selepas terampil menulis artikel, pekerjaan menulis buku bisa menjadi lebih gampang. Mereka yang sudah terbiasa menulis artikel akan lebih cekatan dalam menghasilkan buku. Bagaimana caranya?

a. Merancang dan menulis buku. Tetapkanlah tema yang akan diangkat. Buatlah Daftar Isi. Mulailah menulis.

b. Menghimpun artikel menjadi buku.

Tulislah sebanyak mungkin artikel dengan tema sejenis. Misalnya, bertema pendidikan. Setelah dirasa cukup untuk dijadikan buku, lakukan langkah:

·      Edit ulang. Sering artikel menggunakan “bahasa Koran”, seperti “kemarin”, “pekan lalu”. Untuk itu, ubah dengan mencamtumkan tanggal kejadian yang dimaksud.

·      buatlah rubrikasi. Meski semua berada di rumpun pendidikan, mungkin masih bisa dikelompokkan lagi dalam bidang yang lebih khusus. Misal, 

“Spirit Pembelajar di Semua Musim”, 

“Menjadi Orangtua Sekaligus Guru”, 

“Betah di Perpustakaan Keluarga”,

“Merancang Liburan Bernuansa Pembelajaran”  

“Belajar di Masa Pandemi”.

 

Menulis Resensi Buku     

Resensi buku adalah ulasan kritis atas sebuah buku. Di dalamnya minimal berisi identitas buku yang dimaksud, ringkasan isi buku (dipilih bagian-bagian yang paling penting), dan penilaian objektif atas buku itu terkait kelebihan dan kekurangannya.

Panduan lengkap dalam menulis Resensi Buku. “Jawablah” sejumlah pertanyaan berikut ini. Tentu saja, jawaban ditulis dalam “gaya artikel”.  

*   Tulislah identitas buku

*   Apa isi ringkas buku? 

*   Apakah penulis memiliki kompetensi? 

*   Apakah buku itu didukung referensi memadai? 

*   Buku itu lebih ditujukan ke segmen pembaca

     mana? 

*   Adakah pengetahuan baru yang disodorkannya, atau sekadar repetisi (pengulangan) dari buku-buku yang sudah ada? 

*   Apa kelebihan dan kekurangannya. Misalnya, apakah mudah dipahami oleh semua kalangan? Bagaimana performa fisik buku, menarik? 

*   Tepatkah momentum kehadirannya?

*   Berhargakah untuk segera kita baca dan atau

    miliki?

Ada banyak keuntungan jika kita rajin menulis Resensi Buku. Di antaranya, di saat kita akan menulis buku akan lebih terbimbing karena sering mengkritik karya orang lain. Tentu saja, saat kita menulis buku, tak akan mengulang kesalahan-kesalahan yang telah dibuat oleh penulis-penulis lain.