Kamis, 24 Desember 2020

Tantangan Menerbitkan Buku

 

Tantangan Menerbitkan Buku

Bapak Edi S. Mulyanta dari penerbit mayor Andi Yogyakarta siap memaparkan seluk beluk tata cara penerbitan di penerbit Andi, dari pengiriman naskah hingga jadi buku dan pembagian royaltinya.

Bagi seorang penulis tentunya akan sangat puas jika tulisan yang dibuatnya terbit menjadi sebuah buku. Buku baginya tidak hanya merupakan sebuah karya tetapi lebih apa yang jadi pemikirannya yang diungkap dalam bentuk tulisan. Dengan buku kita bisa berbagi ilmu dan memberi catatan sejarah bahwa kita ada.

Dunia penerbitan saat ini, menghadapi suatu permasalahan yang hampir sama dengan kondisi bapak ibu guru akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya.   Beliau membuka semua dapur yang berkaitan dengan penerbitan dari hulu hingga hilir, dengan harapan semoga dapat memberikan sedikit gambaran yang terjadi saat ini. Beliau mengawali dengan dunia penerbitan itu sendiri, dimana dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya.

Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan.

Menurut beliau, pandemi ini betul-betul meluluhlantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan. Pada bulan Januari  sampai Februari, omzet toko buku masih sangat normal, dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Setelah Presiden Jokowi mengumumkan masuknya corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi 5, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu 1, dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu, sambil melihat keadaan.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pitstop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit, menanti untuk muncul di toko buku.

Setelah 3 bulan parkir di pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberapa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak. Di bulan Juni Juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal. Reborn yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali atau akan menunggu terlebih dahulu sampai keadaan menjadi lebih pasti.

Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3 bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan. Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.

Pengalaman kami, identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Kami beruntung tema-tema yang up to date mengenai virus corona, telah kami tebar ke penulis-penulis kami sebelumnya, sehingga dengan cepat kami mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.

Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. Kami mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat kita meramu materi, kemudian kita launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik. Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis.

Banyak hikmah yang didapat kali ini, di sisi penulis, penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian tertentu. Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang sampai ke pembacanya.

Media WA yang dikelola Om Jay ini, merupakan latihan yang bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapkan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan, dan diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita. Semua perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kali sehingga bapak ibu akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan.

Bakat hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang tepat bagi kita untuk mulai menulis. Karena di dalam blog tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang kita tawarkan. Penerbit akan selalu melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan kita, sehingga kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis semata. Sehingga terkadang tulisan kita yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business process nya saja, bukan writing processnya.

Dengan sudut pandang ini, kita perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak Best Seller.

Perlu kita ketahui rahasia ini, bahwa tidak ada buku best seller by design atau dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing. Penerbit pernah melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller. Penerbit memilih tema yang luar biasa berbobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional. Penerbit push pemasaran dengan luar biasa, akan tetapi hasilnya cukup mengecewakan.

“Laskar Pelangi” saat awal terbit, penulis tidak menyangka akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh mengecewakan, dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari mulut ke mulut, dari komunitas satu ke komunitas lain, dan di trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah. Sehingga terjadilah ledakan viral, menjadikan buku tersebut best seller, meski sebelumya tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller.

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Om Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Penulis yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas, punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit.

Kita dapat mulai menulis dengan tema yang kita sukai kita kuasai. Tulis dengan terstruktur, lalu muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman. Jika sudah percaya diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dan lain-lain). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis. Kita dapat sedikit "ngecap" supaya penerbit tertarik dengan tulisan kita.

Penerbit bukan maha tahu, perhitungan bisnis penerbit didasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang belum terekam di datanya. Sehingga proposal ini sangat perlu kita beri perhatian, untuk menyadarkan penerbit akan tema yang kita angkat dalam tulisan kita. Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju, syukur-syukur kita tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya.

Di masa mendatang buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Sebelum menutup materi beliau ingin mengajak bapak ibu guru guru untuk tetap mendokumentasikan pencarian keilmuannya. Dengan dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu kita dan bahkan mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu kita akan menjadi immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang, menjadikan legacy ke anak cucu kita. Dokumentasi ilmu kita dalam bentuk buku akan beliau kirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langkah dokumentasi kita dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.

Sesi Tanya Jawab

1. Berapa lama proses untuk menerbitkan buku? Bagaimana caranya untuk membuat buku jika sudah memiliki file yang akan dibukukan, haruskah diedit dan dicaver dahulu?

Jawab : proses review 1 bulan, proses editing 1 bulan, proses pra produksi layout cover adalah 1 bulan, Proses produksi 1 bulan. Penulis menyerahkan dalam bentuk file word, tidak perlu membuat cover karena cover akan dibuat oleh team desain penerbit.

2. Bagaimana sistematika penulisannya? Jawab : Isi proposl adalah: Judul buku, Outline rencana buku dalam bantuk bab dan sub bab, sinopsis buku, CV Penulis. Sertakan pula sampel bab yang sudah ditulis minimal 1 bab, sehingga memudahkan bagian editorial memerkirakan kemampuan editing mandiri penulisnya.

3. Jenis buku apa saja yang diterbitkan Andi? Jawab : konten buku bebas bisa fiksi, non fiksi atau buku umum. Perbulan kami menerima naskah 150-300 judul, kami biasanya memilih hanya 10-15 persen dari naskah masuk untuk bisa terbit. Pembiayaan ada di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun.

4. Apakah penerbit Andi menerima permintaan untuk penerbitan modul pembelajaran ? Kalau iya, persyaratan apa saja ? Jawab : Kami menerima modul pembelajaran, dengan syarat sesuai dengan kurikulum. Pembiayaan ada di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun.

5. Untuk royalti atau bagi hasil untuk penulis berapa? Royalty sebesar 10% dari harga jual, yang akan dibayarkan setiap 6 bulan. Penulis mendapatkan sampel 6 eksemplar

Masa mendatang Penerbit Andi akan membuat apps untuk menuliskan proposal sehingga kita sebagai penulis dapat menuliskan lewat gadget perencanaan penulisan. Semoga bisa terwujud, untuk memudahkan menampung proposal yang sangat banyak setiap bulannya. Kanal e-book akan kami buka produksinya melalui Google Play atau Google Books sehingga semoga tingkat penerimaan naskah akan semakin besar dengan outlet ebook.

 

0 komentar:

Posting Komentar