Minggu, 20 Desember 2020

Perjuangan Guru dari NTT

 

Perjuangan Guru dari NTT

Ibu  Dra. Lilis Ika Herpianti Sutikno, SH seorang penulis buku best seller "Guru adalah Inspirasi" juga penulis buku antologi puisi dan editor buku antologi puisi, "Cinta Tergerai" mengisi kegiatan “Belajar Menulis Online” kali ini. Beliau adalah seorang guru di SMP Negeri 2 Nekam dan instruktur di daerah terpencil pedalaman NTT.

Ibu Lilis dilahirkan di Surabaya 11 Maret 1969. Perjuangan dan pengalamannya menjadi guru, melewati hutan dan sungai di mana medan berat beliau lalui dengan penuh tanggung jawab. Perjuangannya tentu saja akan terbayar manakala anak-anak didiknya terlayani dan dapat mengikuti  pembelajaran dengan baik.

Suka duka sebagai guru di daerah pedalaman dia tuliskan di Facebook  Lilis Sutikno (Mbak Pipin) dan beberapa buku, yang menjadi saksi bagaimana gigihnya beliau, semangat beliau dalam memotivasi dan menginspirasi guru-guru di NTT. 

Setiap orang yang menjadi instruktur, narasumber, atau sebutan lainnya untuk guru  para guru,  itu mesti diklat dulu, tapi tidak bagi beliau. Tugas beliau adalah menjadi narasumber literasi di daerah. Prinsipnya, apapun yang Allah berikan kepada kita wajib kita syukuri, dan dapatkan itu sebagai anugerah terindah dari Allah untuk kita. 

Sebenarnya kendala yang paling berat yang beliau hadapi adalah keinginan  untuk menulis yang dipandang sesuatu paling berat. Tugas beliau menginspirasi  mereka, memberikan gambaran bahwa menulis itu mudah. Lalu beliau membantu mencari penerbit yang murah. yang bisa di jangkau oleh guru-guru  di perbatasan. Sebab menulis buku bagi seorang guru memiliki nilai ganda.

Motivasi yang menggerakkan beliau sehingga menjadi penulis tangguh adalah  rasa ingin hidup tak akan mati. Sebab penulis tidak akan pernah mati. Suatu saat jika kita telah tiada, rekam jejak kita terus ada,  orang bisa lihat blog kita atau hasil tulisan.

Dan menjadi motivasi beliau untuk tetap semangat mengabdi sementara daerah pengabdian  adalah terpencil di perbatasan. bahkan sampai bisa menghasilkan karya yang begitu luar biasa.  Jujur saja dulu beliau suka mengeluh,  suka capek, bahkan sering menangis. seperti anak TK. Lalu, karena suami orang asli NTT, suami mencari saudara yang pejabat untuk bisa merekomendasikan istrinya tugas profesi ke Jawa, ikut diklat. Alhamdulillah beliau ikut diklat budi pekerti di Jakarta. Dalam diklat guru, instruktur beliau selalu bercerita menyampaikan pesan moral yang membangun jiwa beliau menjadi kuat. Salah satunya adalah prinsip hodup: sebaik-baik manusia itu adalah yang hidupnya selalu bermanfaat untuk orang lain.

Bagaimana cara beliau membagi waktu untuk keluarga dan menjalankan tugas di perbatasan yang medannya sungguh luar biasa sulitnya?   Beliau memiliki keluarga yang mengerti dan mendukung profesi beliau. Anak-anak sudah besar mungkin ini salah satu faktor beliau produktif menulis dan banyak kegiatan.  Jika beliau keliling NTT, suami maklum tugas yang melekat pada diri beliau sebagai instruktur provinsi yang mengabdi negara. Beliau juga bergabung dengan AGUPENA NTT (Mengurusi Topik Jurnal Ilmiah Guru) untuk bahan naik pangkat.

Lalu bagaimana cara mengatasi perasaan takut salah saat menulis? Menurutnya, menulislah dengan penuh percaya diri, habis nulis jangan langsung di revisi, suntingnya besok.  Lalu sebelum menulis berdoa, agar tulisan kita di ridhoi Allah. Pas sunting juga berdoa lagi, sunting lalu dengan hati yang tenang. Menulislah dengan hati. Pasti sampai pembaca juga di terima dengan hati.Tetap percaya diri.

Apa yang menjadi motivasi dan tokoh yang menginspirasi perjuangan beliau menjadi guru tangguh di daerah pedalaman? Ibu Lilis ini begitu energik, karena tentu jarang oranga yang  mau melewati medan  sulit selama bertahun-tahun ? Tokoh yang menjadi panutan beliau adalah Rosulullah SAW. Beliau adalah sebaik-baik suri tauladan bagi kita. Menurut beliau, perjuangannya belum apa-apa dibanding Rosulullah. Beliau mengatakan sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Bagaimana cara memulai menulis pengalaman pribadi sehingga bisa menginspirasi orang lain. Beliau menulis tentang pengalaman hidupnya di Facebook. Silakan  datang ke FB beliau. Dari kisah di FB dibuat jadi buku.  Atau bisa klik nama Lilis Sutikno, akan muncul kisah yang beliau tulis bersama alumni guru nge-blog pimpinan Om Jay. Banyak sekali trik dan tipe pengalaman menulis yang beliau tuangkan dalam FB.  

Pada akhir materi beliau menulis pesan sebagai berikut : Menulis semudah ceplok telur, maka menulislah. Menulis adalah luapan rasa cinta yang tak sampai, maka menulislah agar cinta itu tersampaikan dengan baik melalui tulisan kita.

 

0 komentar:

Posting Komentar