Tekad dan Kerja Keras Berbuah Manis
Dra. Betti Risnalenni, MM,
dengan berbekal tekad dan kerja keras dia berhasil mendirikan Kelompok Belajar
(KB), TK dan SD Insan Kamil. Perjuangan yang tak kenal lelah telah mengantarnya
meraih penghargaan dan prestasi. Dia adalah yang menjadi narasumber kuliah
online "Belajar Menulis" hari ke-13. Berikut ini resumenya, semoga
menginspirasi kita untuk pantang menyerah demi mewujudkan cita-cita.
Gara-gara salah satu anaknya tak bisa masuk ke sekolah mahal, Betti pun
bertekad membangun sekolah yang terjangkau dengan fasilitas bagus. Prinsip
hidupnya adalah tak pernah mengeluh lelah sebagai pengajar.Tokoh seorang
Betti bagi masyarakat Bantar Gebang sudah tidak asing lagi. Bergelut dengan
dunia pendidikan sejak tahun 1991, lulusan IKIP Jakarta ini telah mendapatkan
banyak penghargaan. Mulai dari guru dan kepala sekolah berprestasi se-Bekasi,
juara 1 tokoh wanita berprestasi di bidang pendidikan dari walikota se-Bekasi,
dan juara 1 wirausaha se-Jawa Barat.
Dunia mengajar memang hal yang
tak asing baginya. Selain sebagai guru dan kepala sekolah, ia juga sempat
dilatih pengajar dari Malaysia untuk mengajar aritmatika dan kemudian membuka
kursus mandiri. Betti merupakan orang ke-6 yang membuka kursus aritmatika di
Indonesia.
Keinginan Betti untuk mendirikan
sekolah unggulan bukan tanpa sebab. Betti pernah merasakan pengalaman tak enak.
Ia pernah mendaftarkan anaknya di sekolah mahal, tapi tidak diterima karena
latar belakang pekerjaannya yang dianggap kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya
di sana. Meskipun menurutnya ada juga sekolah yang isinya semua anak orang
kaya, tapi tetap menerima anak dari panti asuhan. Itu karena pemiliknya adalah
orang kaya yang masih mau menolong orang tak mampu agar bisa menikmati sekolah
bagus.
Hal itulah yang memicu Betti
untuk membangun sekolah bagus agar orang tidak mampu juga bisa merasakan
pendidikan di sekolahnya. Satu kelasnya hanya terdiri dari 30 murid saja.
Lalu, apa keistimewaan KB, TK, dan SD Insan Kamil ini? Betti membranding
seni dan permainan tradisional menjadi keunggulannya. Ia memang menginginkan
murid-muridnya harus senang bermain dan seni. Ia ingat pengalaman masa kecilnya
yang terlalu dilindungi, tidak boleh main hujan atau becek-becekan. Tapi
sekarang, ia membebaskan anaknya agar jangan sepertinya saat masih kecil.
Keunggulan lainnya adalah, adanya
tradisi salaman pagi dan hafalan juz amma. Betti berpikir, kadang ada anak yang
kalau berangkat sekolah dalam keadaan belum siap. Ada yang sambil marah atau
masih mengantuk. Tapi, begitu di sekolah disambut dan disapa hangat dengan
salaman pagi oleh gurunya, anak-anak bisa jadi senang dan semangat sekolah.
Selain itu, Betti juga menekankan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam.
Mulai dari olahraga voli, tenis meja, sepak bola, bulu tangkis, drum band, seni
tari, pramuka, yang semuanya gratis tidak dipungut biaya. Setiap hari Jumat,
sekolah juga menggelar kegiatan yang bersifat fisik, seperti senam, permainan
tradisional egrang atau congklak. Karena anak-anak sekarang banyak yang tidak
mengenal permainan tradisional.
Pada saat covid seperti ini
dimana pembelajaran dilaksanakan secara daring, tak terkecuali juga untuk
anak-anak KB, maka seorang guru harus pintar memilih media apa yang tepat agar
anak tidak bosan. Menurutnya bisa dipilih pembelajaran yang lebih memberikan
kegiatan yang menyenangkan misalnya bersama orang tua membuat kue, lalu
diposting ke guru. Di sini anak tidak merasa bahwa dia belajar, sementara kita
menyisipkan pendidikan karakter dan sikap pada si anak. Ini sesuai dengan
program pendidikan karakter di sekolahnya yaitu salaman, hafalan juz 30 ,
hadist dan surat pendek, menjaga kebersihan, dan wirausaha.
Di akhir materi beliau
menyimpulkan bahwa kalau kita punya niat baik lakukanlah, Insyaa Allah, akan
diberi kemudahan. Kalau mengerjakan sesuatu, lakukanlah yang terbaik karena hal
itu akan memperbaiki citra dan kehidupan kita.
Prinsip hidup Bu Betti begitu
meneladani. Semoga guru-guru hebat Indonesia mengikuti jejak langkah beliau,
berkarya, berjuang demi cita-cita masa depan pendidikan negeri ini.
0 komentar:
Posting Komentar