Kamis, 24 Desember 2020

Kiat Sukses Dalam Menulis Buku

 

Kiat Sukses Dalam Menulis Buku

Akbar Zaenuddin  sekaligus seorang trainer motivator akan berbagi pengalaman bagaimana langkah-langkah dalam menulis. Beliau adalah seorang penulis hebat, buku best seller "Man Jadda Wajada" . Menurut beliau, dalam menulis kita harus memperha tikan TOJTRP. Apa itu TOJTRP? TOJTRP  adalah   sing katan dari tema outline jadwal tulisan revisi penerbit.

Tema. Setiap buku harus punya tema. Tema merupakan garis besar dari apa yang kita tulis dalam buku. Tema harus ada baik pada buku fiksi maupun non fiksi. Tema pada buku fiksi misalnya tentang romantisme, religius, impian. Tema pada buku non fiksi misalnya tentang pendidikan, parenting, motivasi dan lain sebagainya. Bolehkah satu orang menulis berbagai tema buku? Menurut beliau, karena ini terkait dengan “branding”, berusahalah untuk fokus menulis satu tema tertentu, agar kita dikenal ahli dalam tema tersebut. Kalau temanya berubah-ubah, nanti orang bingung, kita ini sebenarnya ahli dalam bidang apa?

Outline atau kerangka. Outline harus kita buat. Karena outline akan membimbing kita untuk selalu menulis sesuai dengan relnya, agar terarah, agar kita terjadwal dan mencapai target, menghindari “ngeblank” dan agar buku kita selesai. Kalau tidak ada kerangka buku akan sulit selesai. Inilah salah satu hal penting yang sering diabaikan orang. Merasa sudah tahu apa yang ditulis, akhirnya tidak ada outline dan langsung menulis. Akibatnya, tulisannya tidak terarah, “melenceng” dan “lari” ke mana-mana, tidak tahu jalan akhirnya.
        Bagaimana cara mengembangkan daftar isi atau kerangka atau outline? Menurut beliau,
untuk buku non fiksi, gunakan prinsip 5W 1 H (what, why, who, when, where dan how) .

1.    what berisi : pengertian, definisi, pembagian, jenis-jenis, dan sebagainya

2.    why berisi : alasan atau mengapa buku ditulis, tujuan dan manfaatnya apa

3.    how berisi : bagaimana, tips dan trick, strategi, langkah-langkah.

4.    where dan when boleh tidak digunakan.

Beliau mencontohkan  misal temanya : Santri dan Menulis, bagaimana menerapkan 5W dan 1 H?

what : santri dan keterampilan menulis, keterampilan apa saja yang dibutuhkan agar  bisa menulis, para ulama dan karya mereka dari masa lampau dan seterusnya.

why :  mengapa santri harus menulis, tujuan menulis, tan tangan mengapa santri harus bisa menulis dan seterusnya.

how : bagaimana cara menulis, bagaimana membangun disiplin menulis, tips and tricks menjadi penulis dan seterusnya.

~ untuk buku nonfiksi 

who : siapa saja tokoh-tokohnya, tentukan tokoh-tokoh yang akan menjadi bagian dari cerita, misalnya, ayah, ibu, teman, guru, dan  sebagainya.

why  : karakter ( gambarkan profil setiap tokoh ) plot atau alur cerita : gambarkan alur cerita dari awal hingga akhir, potongan ceritanya seperti apa, dimana akan membangun cerita emosionalnya, dimana sedihnya, di mana senangnya, ending cerita seperti apa, apakah happy ending, sad ending, dan sebagainya.

        Membuat outline ini bisa langsung dituliskan outlinenya atau bisa dengan beberapa alat bantu. Biasanya beliau menggunakan mindmap untuk membantu membuat daftar isi. Apakah wajib? Tidak harus. Tetapi menurut beliau, ini harus ada. Biar ada rel kemana tulisan kita, biar selalu ada arah kalau kita menemui jalan buntu, dan yang paling penting bisa membuat jadwal agar buku cepat selesai. Contoh outline buku “Man Jadda Wajada” ini adalah buku dengan tema motivasi umum, motivasi hidup. Beliau mulai dengan 

why : mengapa motivasi itu penting dalam hidup, motivasi apa yang membuat orang tergerak untuk berubah, apa tujuan hidup seseorang, mengapa orang harus berubah, darimana perubahan itu bisa dimulai, apa saja yang harus diubah.

what :apa itu sukses? langkah-langkah apa saja yang harus dijalani agar kita bisa sukses, potensi diri, kelebihan dan kekuranga memahami bahwa sukses itu bisa kita dapatkan.

how  : bagaimana, strategi, langkah-langkah, tips & trick, dan juga action. Penjabarannya : bagaimana bermimpi besar, bagaimana membuat rencana (action plan). bagaimana berani memulai, menjadi kreatif, membangun momentum berubah, kapan harus memulai?

Ketiga hal itulah yang akhirnya menjadi dasar outline buku saya "Man Jadda Wajada".

 Jadwal. Dengan membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita. Cara membuat jadwal, buat tabel dengan 4 kolom, yang berisi : No-Judul Artikel-Target Lama Menulis-Tanggal-Keterangan. Perkirakan berapa lama artikel akan ditulis, buat sesuai dengan tanggal yang ada saat ini. Isi keterangan apakah sudah selesai ditulis atau belum. Jadwal menulis ini membantu kita, karena jadwal tersebut akan  mendisiplinkan diri sendiri.
        Tuliskan. Disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan selesai atau tidak. Tulis dan selesaikan semua judul artikel yang sudah kita jadwalkan. Jangan terpaku untuk menyelesaikan satu tulisan sampai sempurna betul. Karena ini akan memakan waktu yang pada akhirnya artikel-artikel yang lain tidak tersentuh dan sudah basi.
          Revisi. Revisilah tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu judul sampai sempurna. Kalau kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua draft buku. Tahap kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi? Yaitu : data dan informasi yang kurang, tata bahasa,
gaya tulisan, disamakan dari awal hingga akhir, judul artikel dibuat semenarik mungkin.

Kirim ke penerbit. Apa yang menjadi pertimbangan penerbit? Pertimbangannya adalah buku laku atau tidak. Ini menyangkut   kebutuhan  masyarakat pembaca. Apakah pembaca butuh buku kita? Siapa yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh? Buku kita menjawab kebutuhan apa? Semakin besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbit kan semakin besar. Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan membeli, dan siapa yang kira-kira akan membaca.
       Yang kedua adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis. Apa kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis? Kita harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.
Ketiga, pertanyaan penerbit adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran buku? Harus punya jawabannya. Misalnya iklan di medsos, seminar,  pelatihan, diskusi buku, membangun  komunitas, dan  sebagainya.  Apakah perlu  membayar kepada  penerbit? Tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang royalti, rata-rata 10%  dari buku yang terjual.
        Bagaimana cara mengirim naskah? Naskah harus sudah jadi, diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk. Berapa lama? Kabar diterima atau tidak sekitar 3 bulan.
        Apakah buku Man Jada Wa Jada ada pengalaman pribadi atau pengamatan? Berapa persen pengalaman  hidup  menginspirasi sebuah  buku.  Buku  Man Jada Wa Jada adalah buku motivasi. Sajian buku motivasi  biasanya ada pemikiran atau teorinya, ada cerita  inspirasinya, dan ada kesimpulan atau  kaitannya. Nah, cerita inspirasi itu banyak dari pengalaman pribadi dan juga dari  pengalaman  teman-teman. Kalau  ditanya  berapa  banyak, cukup  banyak, sekitar 30-60 persen pengalaman pribadi itu menginspirasi tulisan  kita. Apalagi  kalau novel yang  diangkat dari kisah nyata bisa hingga 80% kisahnya berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman akan selalu memberi inspirasi dan pelajaran hidup yang luar biasa jika dituliskan.

        Sebagai penulis pemula bagaimana caranya menjaga konsistensi supaya tidak kehabisan ide? Jawab annya agar konsisten dan tidak kehabisan ide yang kita lakukan adalah banyak baca buku, latihan menulis setiap hari, ikut seminar dan pelatihan, upload tulisan di blog dan medsos, dan punya mentor menulis. Jadwalkan setiap hari menulis 15 menit saja dan harus disiplin. Nanti akan terlatih untuk bisa menuliskan berbagai ide secara baik. 

        Apakah ada manfaatnya bagi penulis pemula di usia yang sudah senja, untuk apa saja manfaat menulis bagi manula? Ada beberapa peserta mentoring saya dalam membuat buku, sebagian ada yang di atas 50 tahun. Dan apa yang terjadi, ternyata mereka jauh lebih bersemangat, dan setiap minggu setor tulisan lebih disiplin dibandingkan dengan yang muda-muda. Mengapa mereka menulis?

a. Tidak ada kegiatan yang langsung berkaitan dengan kemampuan mempertahankan otak kita selain membaca dan menulis. 

b. Menulis adalah tentang kebahagiaan. Kalau kita tumpahkan semuanya dalam tulisan, indah sekali hidup ini. 

c. Menulis buku itu warisan terbaik kita. Di situ kita bisa cerita apa saja. Harapan kita, "unek-unek" perasaan kita. Bebas saja menulisnya. 

d. Menulis adalah tentang berbagi kebaikan. Jika kebaikan itu bisa dibagi, terus menerus dibaca orang, kebaikan itu akan terus menjadi pahala, bahkan kalau nanti kita sudah tiada. 

e. Menulis itu membuat kita lebih sehat. Kita setiap hari bangun dengan semangat baru, ada target baru yang harus kita selesaikan. Apalagi yang menyenangkan hidup kita selain bersemangat setiap hari?

         Bagaimana cara merangkum tulisan resume menjadi buku yang menarik? Untuk membukukan resume dilihat lagi urutannya, tentukan temanya, setelah itu dibuat outlinenya. Kalau sudah dibuat outline, baru dilihat hasil resumenya, apakah ada yang masuk ke dalam outline buku atau tidak. Kalau ada yang masuk, tinggal dimasukkan ke dalam outline dengan berbagai penyesuaian. Kalau tidak masuk, jangan dipaksakan. Nanti buat buku yang lain. Ini berlaku juga bagi kita yang sudah punya banyak artikel. Mulainya bukan dari artikel-artikel itu, tetapi dari outline yang kita buat.
Kalau sudah ada outline, baru kita lihat apakah artikel-artikel itu ada yang bisa dimasukkan ke dalam outline. Kalau ada, kita revisi dan sesuaikan. Kalau tidak ada, kita jadikan cadangan untuk buku yang lain.
        Apakah selama  menjadi  penulis  pemula  pernah  naskah Bapak ditolak penerbit ? Apakah dalam  membuat  tulisan itu  wajar  mengutip buku orang  terus kita tulis di daftar pustakanya seperti  buat  skripsi gitu ? Jawabnya pernah. Tidak  apa-apa kalau  naskah  kita  ditolak. Jangan sakit hati. Jadikan   evaluasi. Revisi,  evaluasi, lalu kirim  lagi. Bisa  ke penerbit awal  atau ke penerbit lain. Tugas kita itu menulis. Kalau naskah sudah jadi dan dikirim ke penerbit,biarkan saja naskah itu. Kita menulis lagi naskah buku berikutnya. Kalau nanti  jawaban dari penerbit adalah  diterima, Alhamdulillah. Kalau  ditolak, kita  perbaiki, dan  kirim lagi. Dan, kita  juga punya naskah buku yang lain. Begitu seterusnya sehingga menulis itu akan terus menjadi kegiatan kita.
Untuk masalah kutipan, tidak masalah  mengutip dari orang lain. Pengutipannya boleh seperti yang ada di skripsi. Namun demikian, kutipan dari orang lain itu jangan banyak-banyak, kira-kira 10% saja, paling  kan hanya  kutipan definisi. Selebihnya  hasil  pemikiran sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar