Sabtu, 19 Desember 2020

Kunci Produktif Menulis

 

Kunci Produktif Menulis

Pemateri kuliah “Belajar Menulis” hari yang ke-15 adalah Dr. Ngainun Naim, lahir di Tulungagung, 19 Juli 1975, seorang dosen di IAIN Tulungagung  dan penulis yang sudah menerbitkan puluhan karya berupa buku ataupun jurnal. Berikut ini resume materinya yang menarik dan wajib kita simak.

Kita sebagai guru tentu tidak terlepas dari kegiatan menulis. Setiap hari kita menulis. Entah menulis materi pembelajaran, menulis soal ulangan, menulis lembar kerja siswa dan lain sebagainya. Sebenarnya kita semua adalah penulis. Coba tengok ke belakang. Sebelum kita menjadi sarjana, salah satu  syarat agar lulus sarjana adalah harus melewati pembuatan skripsi. Tentu sudah ratusan bahkan ribuan halaman sudah kita tulis sampai hari ini. Jadi mengapa kita katakan tidak bisa menulis? Kita klaim diri kita sendiri bahwa kita adalah penulis.

Beliau  mengawali paparannya dengan satu pendapat bahwa guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.

Beliau menyampaikan tentang “Kunci-Kunci Penting Dalam Menulis". Kunci itu alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan kita produktif dalam menulis. Kunci tersebut adalah :

1.    Motivasi : karier, materi, politik, cinta atau suka.

Karena kita sebagai pendidik tentunya punya motivasi menulis untuk karier kita, meski bisa juga ada motivasi lain, misal memang hobi menulis atau menulis untuk mendapatkan uang atau bertujuan politik.

2.    Meyakini bahwa menulis itu anugerah. Mau dan mampu menulis itu anugerah. Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis baginya adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.

Mengapa kok masih ada guru yang kesulitan? Ada beberapa kemungkinan;

a. selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis  makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi

b.  tidak menulis karena dibuatkan orang lain.

c. menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain, misalnya mendapatkan bahan di googe lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan.

d. begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis, begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup. Tugas penulis biasanya di akhir kutipan: “Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan...”

Menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku yang kita hasilkan itu tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama kita terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya. Apa manfaat yang bisa diambil dari menulis?

1.    Menulis memberi banyak keajaiban dalam hidup. Contoh Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang bloger, youtuber dan guru kita semua, mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam kehidupan yaitu :

a.    mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak royaliti

b.    sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum

c.    memiliki banyak teman

d.   bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

e.    tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.

2.    Tidak mudah menyerah. Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.

3.    Berjejaring. Jadi penulis jangan menepi. Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona, tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring.

4.    Menulis sebanyak-banyaknya. Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika anda merasa tulisan anda tidak baik maka dengan menulis setiap hari tulisan anda akan otomatis menjadi baik.

Di akhir materi beliau mengungkap ada 4 jenis malu dalam menulis:

a.    malu untuk menulis. Tidak akan bisa menulis.

b.    malu kalau menulis dan tulisannya dibaca orang.

c.    malu sudah mulai hilang. Pokoknya nulis.

d.   malu tidak menulis..

Mari kita berproduktif menulis setiap hari !!


0 komentar:

Posting Komentar